Entri Populer

Jumat, 19 November 2010

PELAN - PELAN BENAHI DIRI...






 Subhanallah      ........                                ﺳﺒﺤﻨﺎﷲ

Merupakan kalimat Tasbih
Apakah sebenarnya makna dari Tasbih ??
Mensucikan Allah ?? 
Maksudnya pasti bukan membikin Allah menjadi lebih suci….

Menyebut bahwa dzat Allah adalah maha suci….   ???  apa berarti bahwa Allah itu tidak bernoda?? Bagian apa yang tidak bernoda ??
Istilah suci menurut bahasa manusia adalah berarti tidak bernoda.
Benarkah perkataan suci sudah mewakili Dzat Allah ?? dan mampukah manusia menggambarkan/membayangkan Dzat Allah ??

TAFAKARU FILKHALQILLAHI WALA TAFAKARU FI DZATILLAH
(Berfikirlah dengan apa yang diciptakan Allah dan jangan berfikir tentang Dzat Allah)

Jika dalam surat Anbiyaa’ ayat 33 dan surat Yasin ayat 40 menyebutkan  ﻭﻛﻞﻓﻰﻓﻠﻚﻳﺴﺒﺤﻮﻥ             Wa kulun fii falaki yasbahuuna maka diartikan : Dan masing masing (Matahari dan satelit-satelitnya) sedang/akan beredar pada garis orbitnya.
Yasbahuuna disini adalah dari kata sabakha ( ﺳﺒﺢ   ) yang mendapat awalah dan akhiran     dan  sebagai pola kata kerja bentuk sedang/akan, jamak atau fiil mudhari dengan dhomir ﻫﻢ
Dan Yasbahuuna jelas bermakna sedang/akan beredar . sekali lagi b e r -     e d a r  atau bergerak.

Contoh lain dalam surat Al Muzzammil ayat 7 :
ﺍﻥﻟﻚﻓﻰﺍﻟﻨﻬﺎﺭﺳﺒﺤﺎﻃﻭﻳﻞ
Inna laka fi nnahaari sabkhan towiilan
Sesungguhnya untuk kalian di siang hari adalah kesibukan yang tiada habisnya.
Sabkhan juga berasal dari kata yang sama yaitu ( ﺳﺒﺢ   ) yang mendapat akhiran Alif dan tanwin Sebagai pola masdar atau kata dasar. Yang mengandung makna kesibukan, urusan, pergerakan.

Maka coba perhatikan pada surat Jum’ah ayat 1
Yusabbihulillahi maa fissamaa waati wamaa fil ardhi………
Yang bermakna : Senantiasa bertasbih kepada Allah segala apa yang ada disemesta angkasa dan apa yang ada di bumi………….
Maka bertasbih disini adalah gerak kepatuhan Langit seisinya beserta Bumi seisinya adalah beredar patuh menurut yang telah ditentukan oleh Allah.

Untuk itulah  istilah Assama’ dan Al Ardha banyak dimuat dalam surat-surat di Al Qur’an dimana Assama’ memberikan gambaran gerak kepatuhan sistem Organika dan Al Ardh adalah gambaran proses/siklus Biologis, sehingga begitulah hendakNya sosial budaya dalam kehidupan manusia.
Bukankah Allah melalui Al Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk hidup patuh ?  
Bukankah Allah melalui Al Qur’an mengharapkan manusia untuk ber taqwa? La’allakum tattaquuna : Agar kalian bertaqwa ,bertaqwa berarti patuh
Hidup patuh berarti bergerak patuh, beredar patuh atau berperilaku patuh menurut tuntunanNya.
Kalimat “agar kalian bertaqwa” adalah merupakan bukti harapan Allah..
Dan bila harapan hidup (do’a)  manusia padu atau sama dengan apa yang diharapkan Allah. itu yang disebut dalam Al Qur’an Rodhiallahu anhum wa rodhu anhu” (Bayyinah ayat 8,  At Taubah ayat 100) dsb.

Dan Subhanallah adalah senandung harapan (do’a) dalam kehidupan manusia  muslim yang merindukan Ridho Allah.

Semoga kita berperilaku/hidup patuh menurut petunjuk Allah…      aamiin



Thursday, May 15, 2008
Agama dan Pencerahan
(Religion and Enlightenment)
By Luthfi Assyaukanie
Sekitar 220 tahun lalu, Immanuel Kant menulis sebuah risalah kecil berjudul “Apa Itu Pencerahan?” Risalah ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang kerap dilontarkan banyak intelektual pada masa itu. Dalam bahasa Jerman, pencerahan disebut “aufklarung.”

Menurut Kant, pencerahan adalah bangkitnya manusia dari rasa ketidakmatangan. Sedangkan ketidakmatangan sendiri adalah “ketidakmampuan menggunakan penalaran pribadi” dan keinginan untuk selalu merujuk dan menggunakan pendapat orang lain. Manusia menjadi tidak matang bukan karena dia tidak mau berpikir, tapi karena dia takut menggunakan pemahamannya sendiri.

Inti dari zaman pencerahan di Eropa, di mana Kant sebagai salah satu pionirnya, adalah anjuran menggunakan pemahaman sendiri, dan membuang jauh-jauh pemahaman orang lain yang tidak relevan. Selama kita masih bergantung kepada pemahaman orang lain, selama itu pula kita tak akan pernah matang. Dan karenya, tak akan bisa tercerahkan.

Semboyan pencerahan yang sangat terkenal adalah “Sapere Aude!” yang berarti “beranilah menggunakan pemahaman Anda sendiri!” Dengan kata lain, orang yang tidak berani menggunakan pemahamannya sendiri bukanlah orang yang tercerahkan.

Yang ditekankan dalam pencerahan bukanlah “menggunakan pemahaman sendiri,” tapi “berani.” Beranikah kita, misalnya, menggunakan pemahaman kita sendiri terhadap persoalan-persoalan keagamaan yang kita hadapai sekarang? Beranikah kita menggunakan hasil pemahaman kita sendiri berhadapan dengan pandangan-pandangan orang lain.

Orang lain itu bisa Sayyid Qutb, al-Banna, Qardawi, Nabhani, Rashid Ridha, Muhammad bin Abd al-Wahab, Ibn Taymiyyah, al-Ghazali, Imam Syafii, al-Bukhari, para sahabat, dan bahkan bisa juga Nabi Muhammad sendiri.

Pencerahan memerlukan kedewasaan dan kematangan. Orang yang selalu menganggap orang lain lebih besar dan lebih otoritatif dari dirinya, tak akan pernah bisa dewasa dan tak akan pernah bisa matang.

Hal-hal baru ditemukan bukan dengan mengulang-ngulang pendapat lama, tapi mencari sendiri pendapat baru secara kreatif. Pengulang-ulangan pendapat orang lain tak akan membawa seseorang ke mana-mana, kecuali ke masa silam itu sendiri, yang menjadi rujukannya.

Gerakan pembaruan keagamaan adalah gerakan pencerahan. Ia seperti gerakan aufklarung di Jerman yang dimotori oleh Kant. Para pembaru agama adalah orang-orang yang tercerahkan dan orang-orang yang telah mendapatkan kematangan dirinya.

“Keberanian” seperti juga “kebebasan” adalah suatu konsep yang paling sulit diterima manusia. Karena manusia cenderung menerima apa yang sudah ada, yang sudah jadi. Sesuatu yang “liar” dan “tanpa batas” adalah sesuatu yang menakutkan. Karenanya, buat mereka, lebih baik menerima kondisi yang ada, meskipun itu buruk dan tidak menarik.

Orang-orang yang tercerahkan selalu berpikir ke depan, dan selalu memikirkan kemungkinan yang lebih baik dari kondisi yang ada. Karena itulah mereka berani menggunakan pemahamannya sendiri dan membuang jauh-jauh pandangan-pandangan dari masa silam yang tak lagi relevan.

Banyak sekali pandangan yang datang dari masa silam diambil begitu saja oleh kaum Muslim, tanpa ada sikap kritis sedikitpun. Ide-ide seperti khilafah, syariah, dan negara Islam, adalah produk pemikiran masa silam yang sama sekali tak lagi relevan dengan konteks zaman kita.

Selama kita masih terus saja mengulang-ulang pendapat orang-orang di masa silam dan takut mengemukakan pendapat kita sendiri, selama itu pula kita tak pernah tercerahkan.( dari kliping...agama dan pencerahan by luthfi assyaukanie )...jejak langkahku 22/11/10...

1 komentar:

  1. maaf kalau ada yang salah,thanks banget tuk temen yg mau ngajarin tentang ini...

    BalasHapus